Ennichisai adalah festival kebudayaan Jepang yang diadakan komunitas warga Jepang di Indonesia. Biasanya diadakan hanya dua hari dan hanya setahun sekali di kawasan Blok M, Jakarta.
Sebelumnya saya sempat menghadiri event ini tahun kemarin sebagai yang pertama. Tapi, Ennichisai tahun ini menurut saya sangat jauh lebih meriah. Ah, maksudku lebih rame aja. Hehe. Terlebih lagi dengan kehadiran moda transportasi baru berupa MRT.
Saya tidak seperti wibu lainnya yang mendatangi Ennichisai buat menikmati konser musik, foto bareng cosplay dan sebagainya. Kecuali cuma lewat doang. Karena yang diutamakan menginjakkan kaki di tempat ini adalah:
Sebelumnya saya sempat menghadiri event ini tahun kemarin sebagai yang pertama. Tapi, Ennichisai tahun ini menurut saya sangat jauh lebih meriah. Ah, maksudku lebih rame aja. Hehe. Terlebih lagi dengan kehadiran moda transportasi baru berupa MRT.
Saya tidak seperti wibu lainnya yang mendatangi Ennichisai buat menikmati konser musik, foto bareng cosplay dan sebagainya. Kecuali cuma lewat doang. Karena yang diutamakan menginjakkan kaki di tempat ini adalah:
- Nyobain jenis makanan Jepang yang seumur hidup belum pernah masuk lambung.
- Cari brosur pendidikan/pekerjaan di Jepang.
- FILOSOFI KOPI
- Belanja pernak pernik perwibuan (tapi bukan ngeborong)
- Memandang sedikit bagaimana pergerakan wibu dan dalam menginjak kaki di muka bumi ini.
- A mission which some of you don't know.
Day 1
22 Juni 2019
Tanggal ini bertepatan dengan HUT DKI Jakarta yang ke 492. Pemerintah menggratiskan layanan Transjakarta yang biasa disebut masyarakat sebagai "busway". Nah, rumah orang tua saya sendiri gak terlalu jauh dari Stasiun Cakung yang letaknya di samping halte busway.
Rencana pertama saya hari itu ke Perpusnas sebelum ke Ennichisai untukngobrak abrik, eh maksudku menggunakan jasa warnet gratisnya di lantai 19. Akan tetapi, butuh 4 kali transit dari Halte Stasiun Cakung. Sayangnya rute busway hanya sedikit yang lewat jalur khusus. Ditambah keberangkatan bus yang super lama. Maka sampailah saya di 'surga literasi itu' dengan telan waktu 3 jam! Berangkat jam 8, sampai jam-edud.
Sepanjang perjalanan. Mata saya disuguhi tak sedikit pemandangan terduga wibu. Dibuktikan dengan para penumpang yang memakai atribut kewibuan seperti gantungan anime, kaos bergambar anime hingga cosplay. Namun ada juga anak-anak awal belasan tahun yang memakai seragam sekolah ala SMP di anime pula. Hmmm... >_<
Setelah dari Perpusnas, saya berjalan kaki ke Halte Busway Monas untuk ke Stasiun MRT Bundaran HI dan melanjutkannya ke Blok M. Dekat sih iya, tapi bagi saya jalur akhir MRT yang satu ini terlalu kagok alias tanggung. Kenapa gak sampai Harmoni aja yang rata-rata diisi oleh kaum kantoran yang paling butuh sama jenis transportasi itu?! Ah, dasar aku yang tidak mengerti perjuangan mereka para pembangun negara.
Untuk tahun kemarin, saya menghadiri Ennichisai naik busway. Suasananya jauh beda (Ya iyalah MRT mah sultan). Disaat turun dari stasiun, saya disambut dengan layout yang sama saja dengan tahun kemarin. Padahal sebelumnya ada berita yang mengatakan bahwa Ennichisai tahun ini bakal diperluas. Ini BARBUKnya.
Apa yang saya lakukan mulai dari jam 3 di sana? FILOSOPI KOPI!
Yup, kedai kopi yang terinspirasi dari antologi karya Dee ini jadi impian saya dari beberapa bulan kebelakang. Apalagi berlokasi di tempat yang sama dengan Ennichisai. Seperti apa yang dikatakan di paragraf ke-3 jurnal ini, perjalanan dari stasiun MRT ke tempat ini sambil menyelamminum keringat dalam lautan wibu. Dan sesampainya di sana, saya tidak kebagian tempat duduk. Alhasil terpaksalah ngopi sembari menggembel di belakang stand bersama wibu lainnya, sambil digoda gembel beneran. Iya, gembel beneran loh.
Gembel loli: "Bang, mau uang bang"
Gue: "Udah tadi"
Gembel loli: "Ahhh... abang pelit ih" sembari menendang kecil kaki saya.Gue: "Ih, udah dikasih tadi masa gak inget? Hehe" ujarku berdusta.
Si gembel itu berlalu tanpa kata dan menghamba uang pada wibu lainnya. Bila gak ditolak dengan cara apapun, dia bakal melakukan hal yang sama pula. Ya, mungkin sudah SOP nya begitu.
Sembari melaksanakan poin pertama dalam daftar niat, saya juga melakukan apa yang ada dalam poin ke lima. Ya seperti inilah dunia wibu. Saya memandang kanan kiri atas bawah dan belakang. Selain anime, manga dan light novel, mereka juga identik dengan action figure, game, cosplay, musik idol dan vocaloid. Bahkan dakimakura! (apa itu? Jika pertanyaan tertolak, mbah google bertindak.)
Sambil menyusuri stand demi stand, seringkali kedua mata ini khilaf dengan memandang beberapa cosplayer yang... anu lah aib heuheuheu. Ingin rasanya berfoto dengan mereka. Tapi sebuah bisikan terus berkata "sabarlah, cosplayer halal setelah akad pasti ada untukmu".
Tiba-tiba, pengunjung dititahkan untuk minggir. Ternyata ada arak-arakan pawai tradisional Jepang yang disebut Mikoshi mau lewat!
Mikoshi itu sebenarnya kuil portable yang biasa diarak pada perayaan tertentu. Para pengarak membawanya sambil meneriakkan yel-yel dan dikelilingi para penari mulai dari anak kecil sampai kakek-nenek.
Sebelumnya saya lihat Mikoshi buatanJepang, eh Jepara itu terparkir di pintu barat Blok M Square. Di badannya terdapat sesajen berupa sake, beras dan buah-buahan (mungkin kalau tidak salah ditambah menyan). Heuuu...
Adzan Maghrib berkumandang. Ada tiga Mall besar di seputaran Blok M yang masing-masing lengkap dengan masjidnya. Blok M Square dengan Masjid Nurul Iman yang terkenal dengan Kajian Salafi-nya. Ada Pasaraya Blok M yang punya Masjid Al-Atief yang adem. Tapi ada satu Mall dan Masjidnya yang belum saya cicip. Plaza Blok M dan Masjid Nurul Anwar.
Mall ini tak kalah megah dengan Pasaraya Blok M. Tapi masjidnya terlalu kecil dengan diisi kiranya puluhan wibu. Saya gak sempat memfotonya. Bahkan kualitas pelayanannya pun terlalu kecil. Sepatu saya dipindahkan ke penitipan sepatu dan gak di kasih tahu sebelumnya. Maka terpaksalah mengantri dengan puluhan jamaah lainnya. Si marbot penjaga sepatu bakal mengambil sepatu yang diciri-cirikan jamaah kalau dikasih duit. Itu un uang lima ribuan. Sedekah itu wajib. Tapi kalau begini namanya pungli menurutku.
Habis itu saya menyempatkan diri ke Chika Stage. Panggung ini adanya di basement yang penuh bengkel mobil. Sesuai lokasinya, di tempat ini berjejer Itasha alias kendaraan yang dicat atau ditempeli stiker penuh dengan model-model anime. Gak cuma konser musik, di sekitar ini juga lebih banyak cosplayer daripada di luar. Hmm... Saya mah cuma mau lihat Itasha aja cu...
Mumpung lebih sepi daripada sebelumnya, saya keluar kandang untuk keluyuran di pameran lagi. Jalanan lebih lancar membuat saya bebas cari pakaian apa saja yang berbau anime. Asalkan cuma ada logo dan gak ada gambar apapun. Satu persatu stand pakaian saya "obrak abrik". Kebanyakan di sana adalah pakaian bergambar waifu atau anime tokoh cewek. Menurutku gak pantas cowok pakai barang begitu!
Ada pun stand action figure dari kyou.id. Di sini terdapat ratusan action figure yang kebanyakan tokoh cewek pula. Gak sedikit yang bermodel hot. Stiker harga di masing-masing kemasan menunjukkan harga sekitar setengah jutaan. Kecuali action figure Aqua dari anime Konosuba. Hmm... mungkin saking USELESS-nya sampai gak punya harga. Heuheuheu.
Akhirnya saya "obrak abrik" stand clowork yang ada di sebelahnya, dan menemukan kemeja anime Sword Art Online. Harganya cuma 130 ribu untuk event seperti ini.
Harusnya semua bagian Ennichisai terjelajahi semuanya. Tapi apa daya lelah berkata lain. Toh, masih ada hari esok. Hari terakhir di mana event ini di lokasi yang sama selama 10 tahun lamanya.
See you...
(BERSAMBUNG)
22 Juni 2019
Tanggal ini bertepatan dengan HUT DKI Jakarta yang ke 492. Pemerintah menggratiskan layanan Transjakarta yang biasa disebut masyarakat sebagai "busway". Nah, rumah orang tua saya sendiri gak terlalu jauh dari Stasiun Cakung yang letaknya di samping halte busway.
Rencana pertama saya hari itu ke Perpusnas sebelum ke Ennichisai untuk
Sepanjang perjalanan. Mata saya disuguhi tak sedikit pemandangan terduga wibu. Dibuktikan dengan para penumpang yang memakai atribut kewibuan seperti gantungan anime, kaos bergambar anime hingga cosplay. Namun ada juga anak-anak awal belasan tahun yang memakai seragam sekolah ala SMP di anime pula. Hmmm... >_<
Setelah dari Perpusnas, saya berjalan kaki ke Halte Busway Monas untuk ke Stasiun MRT Bundaran HI dan melanjutkannya ke Blok M. Dekat sih iya, tapi bagi saya jalur akhir MRT yang satu ini terlalu kagok alias tanggung. Kenapa gak sampai Harmoni aja yang rata-rata diisi oleh kaum kantoran yang paling butuh sama jenis transportasi itu?! Ah, dasar aku yang tidak mengerti perjuangan mereka para pembangun negara.
Untuk tahun kemarin, saya menghadiri Ennichisai naik busway. Suasananya jauh beda (Ya iyalah MRT mah sultan). Disaat turun dari stasiun, saya disambut dengan layout yang sama saja dengan tahun kemarin. Padahal sebelumnya ada berita yang mengatakan bahwa Ennichisai tahun ini bakal diperluas. Ini BARBUKnya.
Apa yang saya lakukan mulai dari jam 3 di sana? FILOSOPI KOPI!
Yup, kedai kopi yang terinspirasi dari antologi karya Dee ini jadi impian saya dari beberapa bulan kebelakang. Apalagi berlokasi di tempat yang sama dengan Ennichisai. Seperti apa yang dikatakan di paragraf ke-3 jurnal ini, perjalanan dari stasiun MRT ke tempat ini sambil menyelam
Gembel loli: "Bang, mau uang bang"
Gue: "Udah tadi"
Gembel loli: "Ahhh... abang pelit ih" sembari menendang kecil kaki saya.Gue: "Ih, udah dikasih tadi masa gak inget? Hehe" ujarku berdusta.
Si gembel itu berlalu tanpa kata dan menghamba uang pada wibu lainnya. Bila gak ditolak dengan cara apapun, dia bakal melakukan hal yang sama pula. Ya, mungkin sudah SOP nya begitu.
Sembari melaksanakan poin pertama dalam daftar niat, saya juga melakukan apa yang ada dalam poin ke lima. Ya seperti inilah dunia wibu. Saya memandang kanan kiri atas bawah dan belakang. Selain anime, manga dan light novel, mereka juga identik dengan action figure, game, cosplay, musik idol dan vocaloid. Bahkan dakimakura! (apa itu? Jika pertanyaan tertolak, mbah google bertindak.)
Sambil menyusuri stand demi stand, seringkali kedua mata ini khilaf dengan memandang beberapa cosplayer yang... anu lah aib heuheuheu. Ingin rasanya berfoto dengan mereka. Tapi sebuah bisikan terus berkata "sabarlah, cosplayer halal setelah akad pasti ada untukmu".
Tiba-tiba, pengunjung dititahkan untuk minggir. Ternyata ada arak-arakan pawai tradisional Jepang yang disebut Mikoshi mau lewat!
Mikoshi itu sebenarnya kuil portable yang biasa diarak pada perayaan tertentu. Para pengarak membawanya sambil meneriakkan yel-yel dan dikelilingi para penari mulai dari anak kecil sampai kakek-nenek.
Sebelumnya saya lihat Mikoshi buatan
BTW, ada yang merasa mirip Tabut Perjanjian Nabi Musa? Ada juga blog yang bilang bahwa orang Jepang itu termasuk 10 Suku Yahudi yang hilang. Wallahu A'lam.
Adzan Maghrib berkumandang. Ada tiga Mall besar di seputaran Blok M yang masing-masing lengkap dengan masjidnya. Blok M Square dengan Masjid Nurul Iman yang terkenal dengan Kajian Salafi-nya. Ada Pasaraya Blok M yang punya Masjid Al-Atief yang adem. Tapi ada satu Mall dan Masjidnya yang belum saya cicip. Plaza Blok M dan Masjid Nurul Anwar.
Mall ini tak kalah megah dengan Pasaraya Blok M. Tapi masjidnya terlalu kecil dengan diisi kiranya puluhan wibu. Saya gak sempat memfotonya. Bahkan kualitas pelayanannya pun terlalu kecil. Sepatu saya dipindahkan ke penitipan sepatu dan gak di kasih tahu sebelumnya. Maka terpaksalah mengantri dengan puluhan jamaah lainnya. Si marbot penjaga sepatu bakal mengambil sepatu yang diciri-cirikan jamaah kalau dikasih duit. Itu un uang lima ribuan. Sedekah itu wajib. Tapi kalau begini namanya pungli menurutku.
Habis itu saya menyempatkan diri ke Chika Stage. Panggung ini adanya di basement yang penuh bengkel mobil. Sesuai lokasinya, di tempat ini berjejer Itasha alias kendaraan yang dicat atau ditempeli stiker penuh dengan model-model anime. Gak cuma konser musik, di sekitar ini juga lebih banyak cosplayer daripada di luar. Hmm... Saya mah cuma mau lihat Itasha aja cu...
Mumpung lebih sepi daripada sebelumnya, saya keluar kandang untuk keluyuran di pameran lagi. Jalanan lebih lancar membuat saya bebas cari pakaian apa saja yang berbau anime. Asalkan cuma ada logo dan gak ada gambar apapun. Satu persatu stand pakaian saya "obrak abrik". Kebanyakan di sana adalah pakaian bergambar waifu atau anime tokoh cewek. Menurutku gak pantas cowok pakai barang begitu!
Ada pun stand action figure dari kyou.id. Di sini terdapat ratusan action figure yang kebanyakan tokoh cewek pula. Gak sedikit yang bermodel hot. Stiker harga di masing-masing kemasan menunjukkan harga sekitar setengah jutaan. Kecuali action figure Aqua dari anime Konosuba. Hmm... mungkin saking USELESS-nya sampai gak punya harga. Heuheuheu.
Akhirnya saya "obrak abrik" stand clowork yang ada di sebelahnya, dan menemukan kemeja anime Sword Art Online. Harganya cuma 130 ribu untuk event seperti ini.
Harusnya semua bagian Ennichisai terjelajahi semuanya. Tapi apa daya lelah berkata lain. Toh, masih ada hari esok. Hari terakhir di mana event ini di lokasi yang sama selama 10 tahun lamanya.
See you...
(BERSAMBUNG)
Komentar
Posting Komentar