Sumber: Skyscrapercity |
Namun, ada kalanya derita walau sebesar cicit atom.
-----
Hampir seperempat abad sudah jantung ini berdetak di sebuah mangkuk raksasa. Makanan yang tersaji di dalamnya untuk makanan itu sendiri. Meski telah lama meniti drama dunia, adanya perubahan bukan berarti basi bagi sebagian rasa. Namun sebaliknya, beberapa hal yang tetap pada wujudnya dapat diucap kadaluarsa.
Di dunia ini, manusia yang paling mengerti diriku adalah orang tua. Ibu berkata bahwa sejak aku duduk di bangku TK, anak beliau ini memiliki buah tangan yang berbeda dengan murid lainnya.
Apa yang aku gambar selalu saja jembatan, jalanan dan perkotaan. Bahkan balok kayu berwarna pun aku susun menjadi miniatur infrastruktur yang menjadi warna sehari-hari masyarakat dunia. Para guru sering kali memuji dan mendoakan masa depanku. Benar saja, sejak itu aku dihujani prestasi akademik.
Waktu terus berlalu hingga teman silih berganti. Namun, perbedaan dengan masyarakat seusiaku tak disambut sukacita. Seolah orang-orang di sekitar menilai apa yang bagiku bermanfaat hanyalah humor dan khayalan belaka.
Aku belum mampu untuk mencari teman seperjuangan. Bahkan karenanya, aku sempat gagal untuk mengenyam pendidikan di mana memiliki siswa dengan pemikiran hampir seragam.
Aku belum mampu untuk mencari teman seperjuangan. Bahkan karenanya, aku sempat gagal untuk mengenyam pendidikan di mana memiliki siswa dengan pemikiran hampir seragam.
Waktu terus berputar. Dan aku merasa mereka semua dekat dengan kata benar. Bahkan, aku sangat mencintai mereka karena kebenarannya. Hampir Tiada sebesar biji zarrah pun rasa kebencian kepada orang-orang itu. Karena mereka tetap pada pendiriannya. Semua kiranya diriku berjalan di jalur ego dan sangka.
Namun waktu yang lalu bukan lagi tempatku berada. Kegagalan sejati hanya ada disaat pemiliknya menyerah. Aku yang kini selalu berhadapan dengan gawai dan naik motor, izinkanlah bercerita. Apa yang ku dapatkan tentang daerah tercinta dan memberi tulisan harapan. Meski sarat akan kekurangan, Alfian ingin berucap.
Maafkan aku. Sampurasun.
(Bersambung)
Komentar
Posting Komentar