Tepat 19 tahun dengan tenggelamnya para "jurig kembar" hanya "karena" ditabrak layangan besi. Aku kini duduk sembari menyeruput mie herbal, sepaket dengan peristiwa 2 dekade yang penuh akan konspirasi. Mulai dari tikus yang selalu menghilang ketika masuk celah lemari, hingga puncaknya sebuah drama yang kini telah menjilat seluruh dunia dunia. "Kopit"
Ya, memang sebelum 'pandemi' ini, minat tulis menulis di blog ku entah mengapa memudar. Terutama di bidang fiksi yang pernah menjadi 'imam' dari genre literasiku. Kami lebih memilih untuk membuat konten berkeliling kedai kopi dan mempostingnya di Instagram.
Ya, memang sebelum 'pandemi' ini, minat tulis menulis di blog ku entah mengapa memudar. Terutama di bidang fiksi yang pernah menjadi 'imam' dari genre literasiku. Kami lebih memilih untuk membuat konten berkeliling kedai kopi dan mempostingnya di Instagram.
Maret pun tiba bersamaan dengan masuknya petaka itu ke seluruh dunia Sebuah 'penyakit' yang awalnya jadi bahan candaan menjadi cobaan. Milyaran ras Zannukhian, eh manusia kalang kabut. Ibarat wabah keputusasaan di Anime Danganronpa, semua orang menjadi tak normal dibuatnya.
Ratusan juta orang kehilangan perkerjaannya. Angka perceraian hingga bunuh diri merajalela. Kriminalitas menjadi aktivitas sehari-hari. Jalanan, pasar, perkampungan ditutup dalam ketakutan. Bingung, depresi, hingga kegilaan jadi kebiasaan. Terpenjara dalam rumah bagi yang punya. Kecuali rumah ibadah yang malah dijadikan tempat menyeramkan melebihi kuburan dan kandang macan. Sehingga kemarin adalah Ramadhan tanpa masjid bagi kami. Termakan berbagai kabar si kopit membuat penderitanya kejang-kejang tiba-tiba di jalanan.
Bahkan saat menjadi "tahanan rumah"-pun. Aku hanya diam, termenung dan hanya dapat berserah diri kepadaNya. Tak ada ide satu tetespun untuk menulis di blog. Hingga membaca buku tak ada satupun aksara di tubuhnya yang masuk ke otak. Waktu terhenti dan hanya tanggalnya yang berubah. Sekalinya keluar rumah, baju yang baru dipakai harus dicuci lagi. Kalaupun hiburan, ya main game.
Namun sebuah pencerahan dimulai saat Idul Fitri tiba. Kami bersama menuju masjid menunaikan shalat Ied meski harus berjarak. Beberapa waktu kemudian aku mulai mencoba merumuskan dari beberapa sumber pengalaman, bacaan, nalar, akal dan logika untuk peristiwa ini. Hasilnya: Yang lebih menyeramkan bukan penyakitnya, tapi manusia itu sendiri yang memanfaatkan virus itu!
Perlahan membuka diri untuk menghirup udara bebas seperti sediakala. Begitu pula dengan pandanganku terhadap peristiwa ini yang berubah 170 derajat. 10 derajatnya ku-sisakan hanya sekedar kepercayaan pada eksistensi virusnya. Aku kembali tiap hari tanpa keluar rumah. Ya, meski tindakan yang dilakukan "mereka" itu kini ku-sadari busuk. Bahkan keluargaku saja masih termakan propaganda "mereka" meski tak seburuk beberapa bulan sebelumnya.
Bahkan saat menjadi "tahanan rumah"-pun. Aku hanya diam, termenung dan hanya dapat berserah diri kepadaNya. Tak ada ide satu tetespun untuk menulis di blog. Hingga membaca buku tak ada satupun aksara di tubuhnya yang masuk ke otak. Waktu terhenti dan hanya tanggalnya yang berubah. Sekalinya keluar rumah, baju yang baru dipakai harus dicuci lagi. Kalaupun hiburan, ya main game.
Namun sebuah pencerahan dimulai saat Idul Fitri tiba. Kami bersama menuju masjid menunaikan shalat Ied meski harus berjarak. Beberapa waktu kemudian aku mulai mencoba merumuskan dari beberapa sumber pengalaman, bacaan, nalar, akal dan logika untuk peristiwa ini. Hasilnya: Yang lebih menyeramkan bukan penyakitnya, tapi manusia itu sendiri yang memanfaatkan virus itu!
Perlahan membuka diri untuk menghirup udara bebas seperti sediakala. Begitu pula dengan pandanganku terhadap peristiwa ini yang berubah 170 derajat. 10 derajatnya ku-sisakan hanya sekedar kepercayaan pada eksistensi virusnya. Aku kembali tiap hari tanpa keluar rumah. Ya, meski tindakan yang dilakukan "mereka" itu kini ku-sadari busuk. Bahkan keluargaku saja masih termakan propaganda "mereka" meski tak seburuk beberapa bulan sebelumnya.
Sudahlah kesampingkan itu dulu. Kita bahas kapan-kapan di artikel selanjutnya. Kembali ke judul yang menjadi pertanyaan. Memang faktor seperti tulisan di atas adalah salah satu penyebab "hilang"nya aku di blog ini. Tapi yang paling juara adalah: Kecanduan game dan nonton anime! Heuheuheu
(BERSAMBUNG)
Komentar
Posting Komentar